Ditulis oleh : Rostina Mansyur, S.Pd., M.Pd.
CGP Angkatan 7 Kab. Gowa
Menurut Ki Hadjar Dewantara, Pendidikan adalah pembudayaan buah budi manusia yang beradab dan buah perjuangan manusia terhadap dua kekuatan yang selalu mengelilingi hidup manusia yaitu kodrat alam dan zaman atau masyarakat. Dengan demikian, pendidikan itu sifatnya hakiki bagi manusia sepanjang peradabannya seiring perubahan jaman dan berkaitan dengan usaha manusia untuk memerdekakan batin dan lahir sehingga manusia tidak tergantung kepada orang lain akan tetapi bersandar atas kekuatan sendiri. Oleh karena itu, kemerdekaan menjadi isu kritis dalam Pendidikan karena menyangkut usaha untuk memerdekakan hidup lahir dan hidup batin manusia agar manusia lebih menyadari kewajiban dan haknya sebagai bagian dari masyarakat sehingga tidak tergantung kepada orang lain dan bisa bersandar atas kekuatan sendiri.
Semangat agar anak bisa bebas belajar, berpikir, agar dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan berdasarkan kesusilaan manusia ini yang akhirnya menjadi tema besar kebijakan pendidikan Indonesia saat ini yaitu Merdeka Belajar untuk mewujudkan Profil Pelajar Pancasila. Pelajar Pancasila disini berarti pelajar sepanjang hayat yang kompeten dan memiliki karakter sesuai nilai-nilai Pancasila yaitu 1) Beriman, bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa dan berakhlak mulia; 2) Mandiri; 3) Bergotong-royong; 3) Berkebinekaan global; 4) Bernalar kritis; dan 6) Kreatif.
Untuk dapat menumbuhkan karakter baik pada diri anak sehingga terwujudnya profil pelajar pancasila, seorang guru harus mampu melaksanakan peran guru penggerak, meliputi pemimpin pembelajaran, menggerakkan komunitas praktisi, menjadi coach bagi guru lain, mendorong kolaborasi antar guru, dan mewujudkan kepemimpinan murid. Guru penggerak harus mampu menjadi agen perubahan dari dirinya sendiri terlebih dahulu, yaitu dengan mulai menanamkan nilai-nilai guru penggerak diantaranya mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif, serta berpihak pada murid. Nilai-nilai guru penggerak ini berfungsi sebagai standar bagi guru dalam mengambil ke posisi khusus dalam suatu masalah, menggunakannya sebagai bahan evaluasi dalam mengambil keputusan, berfungsi sebagai motivasi dalam mengarahkan tingkah laku guru penggerak dalam kehidupan sehari-hari.
Sebagai agen perubahan, sorang guru penggerak harus bisa mengambil tindakan secara inisiatif untuk melakukan perubahan pada murid yang diajarnya. Perubahan yang dimaksud harus juga seiring dengan tujuan pendidikan nasional saat ini yaitu mewujudkan murid yang berprofil pancasila melalui proses pembelajaran yang merdeka (merdeka belajar) sesuai dengan filosofi pendidikan KHD. Dalam mewujudkan hal tersebut, seorang guru penggerak diharapkan mampu merumuskan murid dimasa depan seiring dengan tujuan pendidikan nasional serta menjadikannya sebagai visi untuk selanjutkan diwujudkan dalam kegiatan aksi nyata.
Dalam mewujudkan visi, seorang guru penggerak tentunya harus mampu menjalankan perannya sebagai guru penggerak dan juga nilai-nilai guru penggerak sebagaimana telah dibahas sebelumnya. Selain itu, Visi guru penggerak akan dapat terwujud apabila visi yang dimiliki oleh guru penggerak itu terukur konkrit dapat direncanakan dan juga dilaksanakan secara sistematis.
Untuk mencapai hal tersebut guru penggerak dapat menerapkan suatu pendekatan yang disebut dengan inkuiri apresiatif. Inkuiri apresiatif adalah suatu pendekatan manajemen perubahan yang kolaboratif dan berbasis kekuatan, artinya perubahan yang diinginkan oleh suatu organisasi seperti sekolah atau perusahaan yang dilakukan secara bersama-sama secara kolektif oleh elemen-elemen yang ada di dalamnya dan berbasis pada kekuatan yang telah dimiliki oleh organisasi atau perusahaan tersebut. Inkuiri Apresiatif berusaha fokus pada kekuatan yang dimiliki setiap anggota dan menyatukannya untuk menghasilkan kekuatan tertinggi. Pendekatan Inkuiri Apresiatif dimulai dengan mengidentifikasi hal baik apa yang ada, mencari cara agar hal tersebut dipertahankan, lalu memunculkan strategi untuk mewujudkan perubahan ke arah lebih baik.
Tahapan utama dalam pendekatan Inkuiri Apresiatif adalah BAGJA yaitu Buat Pertanyaan, Ambil Pelajaran, Gali Mimpi, Jabaran Rencana, Atur Eksekusi. Untuk dapat terlaksananya visi dengan baik utamanya dalam mewujudkan merdeka belajar dan profil pelajar pancasila, tentunya sekolah harus mampu menjadi taman yang dapat memberikan rasa aman dan nyaman serta suasana yang kondusif bagi warga sekolah. Guna mewujudkan hal tersebut, sekolah harus mampu menumbuhkan budaya positif. Budaya positif adalah nilai-nilai, keyakinan-keyakinan, dan kebiasaan-kebiasaan di sekolah yang berpihak pada murid agar murid dapat berkembang menjadi pribadi yang kritis, penuh hormat dan bertanggung jawab.
Tujuan membangun budaya positif di sekolah adalah menumbuhkan karakter anak. Adapun karakter yang diharapkan menjadi manusia dan anggota masyarakat untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan seperti tujuan pendidikan nasional kita adalah seperti yang tercantum dalam profil pelajar pancasila. Sekolah sebagai sebagai sebuah institusi pembentuk karakter dapat menerapkan budaya positif seperti, menentukan posisi kontrol guru yang sesuai dengan kebutuhan murid, melakukan kesepakatan kelas dan penerapan disiplin positif di kelas.
Disiplin Positif adalah sebuah pendekatan yang dirancang untuk mengembangkan murid untuk menjadi pribadi dan anggota dari komunitas yang bertanggung jawab, penuh hormat, dan kritis. Disiplin positif mengajarkan keterampilan sosial dan kehidupan yang penting dengan cara yang sangat menghormati dan membesarkan hati, tidak hanya bagi murid tetapi juga bagi orang dewasa (termasuk orangtua, guru dan lainnya). Disiplin positif bertujuan untuk bekerja sama dengan murid dan tidak menentang mereka. Penekanannya adalah membangun kekuatan peserta didik daripada mengkritik kelemahan mereka dan menggunakan penguatan positif (positive reinforcement) untuk mempromosikan perilaku yang baik. Hal ini melibatkan memberikan murid-siswi pedoman yang jelas untuk perilaku apa yang dapat diterima dan kemudian mendukung mereka ketika mereka belajar untuk mematuhi pedoman ini. Pendekatan ini secara aktif mempromosikan partisipasi anak dan penyelesaian masalah dan di saat yang bersamaan juga mendorong orang dewasa, dalam hal ini yaitu pendidik, untuk menjadi panutan positif bagi anak-anak muda dalam perjalanan tumbuh kembang mereka. Oleh karena itu diperlukan guru yang mampu sebagai manager dalam menerapkan budaya positif disekolah. Budaya positif dikelas bisa dikembangkan dengan dimulai dari membuat kesepakatan kelas.
Tinggalkan Komentar